Jumat, 07 November 2008

Fenomena Multipertai di Indonesia

Tahun 2008 ini adalah suatu tahun yang menjadi awal dari munculnya banyak partai-partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum 2009.Dengan adaya multipartai seperti ini maka setiap partai akan beramai-ramai mencalonkan pasangan Capres dan Cawapres yang mereka inginkan, bahkan akan ada beberapa partai yang berkoalisi karena ingin mendapatkan simpatisan yang sangat banyak Berkoalisi adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan beberapa partai setiap diadakannnya Pemilihan Umum.
Mungkin Pemilihan Umum 2009 yang akan datang tidak akan jauh berbeda dengan hasil-hasil dari Pilkada Gubernur, Bupati, dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui bagaimana ketika dilaksanakannya Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah pertengahan tahun 2008. Dapat kita ketahui mereka yang mencoblos presentasinya lebih sedikit dari pada mereka yang tidak mencoblos (Golput). Ataupun yang terjadi di Jawa Timur, Pemilihan Gubernur harusa dilaksanakan dua kali untuk mencari siapa yang harus duduk dibangku Gubernur. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat telah merasa jenuh dengan pemerintahan yang ada di negeri ini. Karena pemimpin yang mereka pilih tidak memberikan suatu perubahan-perubahan yang signifikan, contohnya: lahan pekerjaan yang semakin sedikit, harga bahan makanan semakin mahal, dan masih banyak hal-hal yang lainnya.
Fenomena yang lebih menyedihkan itu terjadi ketika Pemilihan Pilkada di wilayah Indonesia bagian Timur, bagaimana mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa pasangan yang mereka usul melalui partai itu kalah. Akhirnya mereka melakukan hal-hal yang merusak dan merugikan pasangan lainnya yang menang. Sungguh memprihatinkan sekali di negara yang dibilang Demokratis seperti ini, perbedaan pendapat atau lainnya, bisa menjadikan masyarakat saling menghujat dan melakukan tindakan-tindakan yang anarkhis. Karena politik di Indonesia tercampur dengan aspek-aspek di luar politik, seperti adat, agama, ras, sosial, dan lain-lainnya.
Selain itu ada beberapa masalah dengan munculnya banyaknya partai-partai di Indonesia, masyarakat akan menjadi bingung untuk memilih serta menerima partai apa yang lebih baik. Dan pasangan mana yang bisa membuat mereka semakin aman dan makmur, serta menjadikan negara yang dipimpin menjadi maju dan berkembang. Hal ini bisa disebabkan karena setiap partai pasti akan mencalonkan pemimpin yang mempunyai tujuan dan visi serta misi yang berbeda-beda.
Munculnya partai-partai baru dapat dimungkinkan karena ketidak puasan sekelompok orang dalam suatu partai yang dulu mereka ikuti. Contohnya: Partai Golkar sekarang mereka pecah menjadi Partai Hanura, padahal Ketua Partai Hanura adalah sosok yang pernah diusung Partai Golkar dalam Pemilihan Presiden tahun 2004. Selain itu terjadi banyak pula perpecahan di partai-partai Islam seperti PPP dan PKB, mungkin perpecahan dalam partai tersebut tidak hanya dialami oleh PKB dan PPP. Tetapi dialami juga oleh partai-partai lain yang ikut dalam Pemilihan Umum 2009.
Banyak lagi partai-partai itu muncul karena mereka memaksakan untuk ikut dalam berkampanye Pemilihan Umum 2009, serta mereka berbuat berbagai macam cara supaya partai mereka bisa lolos dalam verifikasi. Kita ketahui banyak partai yang ikut dan mendaftarkan diri ke KPU untuk Pemilihan Umum dengan beragam cara, bahkan mereka mencatumkan alamat tempat partai tersebut di suatu tempat pemakaman umum ataupun disuatu sekolah. Hal ini disebabkan mudahnya peraturan-peraturan yang harus dilakukan agar bisa membentuk suatu partai yang baru.
Selain itu juga ada masalah internal di satu partai, kita bisa ambil contoh perseteruan pada Partai Kebangkitan Bangsa. Meraka seperti dihancur leburkan oleh sekelompok oknum-oknum yang mempunyai kepentingan sendiri, sehingga mucullah PKB versi Muhaimin Iskandar dan versi KH. Abdulrohman Wahid yang lebih dikenal dengan sebutan GUSDUR. Walaupun mereka mempunyai visi dan misi yang sama, tetapi mereka mempunyai tujuan-tujuan pribadi yang berbeda. Mungkin ada unsur politik dalam perseteruan antar kedua kubu untuk mendapatkan massa yang banyak agar menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum yang akan berlangsung pada pertengahan tahun 2009 mendatang.
Bahkan perseteruan internal di partai ini memanas ketika kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah dalam pengambilan nomor urut partai . Kedua belah pihak mengambil nomor urut partai semua dan akhirnya kedua belah pihak dileraikan oleh KPU. Selain itu juga partai di kubu GUSDUR tidak memperbolehkan memasang atribut serta foto sang pemimpin mereka yaitu GUSDUR pada partai versi Muhaimin Iskandar.
Dengan semakin dekatnnya Pemilihan Umum 2009, maka semua partai-partai akan berkoalisi dengan partai lainnya untuk mendapatkan massa yang lebih banyak agar menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum. Seperti halnya yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang ketua umumnya Megawati Soekarno Putri, mereka berkoalisi dengan Partai Golkar yang saat ini diketuai oleh Jusuf Kalla. Mungkin tidak hanya partai ini saja yang berkoalisi, karena setiap partai itu pasti menginginkan banyak pengikutnya.
Aroma politik di negara ini semakin kental, apalagi ketika kita mendengar kalimat disela-sela pidato Jusuf Kalla. Dia mengatakan sepperti berikut "warna merah tidak akan meriah tanpa adanya warna kuning". Dari potongan kata tersebut kita dapat mengartikan bahwa koalisi itu sangat penting, karena mereka semua itu mempunyai visi dan misi yang sama dalam Pemilihan Umum 2009 mendatang. Walaupun dipihak Partai Golkar sendiri mengatakan kalau mereka tidak akan berkoalisi jika massanya lebih dari 25 persen.
Kita ketahui sekarang adalah saat yang tepat untuk mengenalkan partai-partai yang mereka usung, dan mulai mencari rasa simpati kepada para penduduk. Seperti yang dilakukan oleh para pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, mereka mencari rasa simpati dengan cara membeli gabah para petani di Kabupaten Banyumas. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan rasa simpatik masyarakat kepartai tersebut, walaupun beberapa hari sebelumnya para petani di Kabupaten tersebut membakar sebagian gabah mereka sebagai tanda protes terhadap pengurus partai tersebut yang dianggap hanya janji-janji saja.
Inilah sebagian cara-cara yang digunakan oleh partai-partai untuk mendapatkan masa yang banyak, mungkin dalam benak mereka adalah bagaimana supaya partai yang mereka usung mendapatkan massa yang lebih banyak dari pada partai-partai lainnya dengan tanpa memperhatikan akibat dari apa yang mereka lakukan itu sendiri Bahkan dapat dimungkinkan mereka akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan ataupun malah membuat masyarakat di wilayah tersebut mejadi pecah akibat dari perbedaan partai politik yang mereka ikuti. Dapat kita ketahui bahwa unsur politik di negeri kita tidak dapat berdiri sendiri, karena seperti yang kita ketahui unsur politik selalu berhubungan dengan norma adat, agama, ras, dan lain-lainnya.
Jadi sebaiknya untuk Pemilihan Presiden 2014 lebih baik partai-partai yang ikut berpartisipasi kita harapkan lebih sedikit, sehingga masyarakat tidak lagi bingung untuk memilih dan memantapkan pilihannya pada suatu partai . Dan di KPU pun harus memperketat undang-undang dalam pembentukan suatu partai politik yang baru, sehingga tidak akan muncul partai-partai baru yang hanya ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Sehingga masyarakat tidak bingung dalam memilih Pemimpin yang diusung suatu partai.
Mungkin kita dapat belajar dari sistem partai yang dipakai oleh negara Amerika Serikat, di negara tersebut mereka hanya menggunakan dua partai besar yang dominan atau yang lebih dikenal dengan sistem Dwi Partai . Hal itu juga dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto, pada masa pemerintahan tersebut hanya diperbolehkan tiga partai saja yang ikut dalam Pemilihan Umum yakni PPP, PDI, dan GOLKAR.
Mungkin dengan hanya sedikit partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum, masyarakat akan lebih mengetahui partai dan pemimpin mana yang bisa membuat negara ini semakin maju dan berkembang. Serta tidak akan membuat masyarakat terpecah belah karena banyaknya partai-partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Walaupun di negara Demokrasi seperti Indonesia sebaiknya menggunakan sistem partai yang terbatas, sehingga pemerintah hanya memperbolehkan beberapa partai saja yang ikut serta dalam Pemilihan Umum tahun 2014 mendatang.

Tidak ada komentar: