Selasa, 25 November 2008

Kebijakan Akademik Mematikan Aktifitas Organisasi

Mungkin kita semua tahu dan merasakan bahwa organisasi- organisasi yang ada dalam lingkup suatu kampus ( khususnya di UIN ) agak dipersempit keleluasaannya dalam melakukan kegiatanny oleh pihak akademik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya presensi 75% kehadiran mahasiswa, bahkan pada tanggal 21 september 2008 pihak Akademik mengeluarkan kebijakan baru dengan putusan bahwa mahasiswa hanya diperbolehkan izin maksimal tiga kali dalam satu semester, dan apabila lebih dari tiga mahasiswa tersebut tidak diperbolehan ikut UAS. Dari sini dapat kita analisis bahwa kebijakan tersebut secara tidak langsung telah membunuh aktifitas-aktifitas lain di kampus, khususnya aktifitas organisasi yang di kampus tersebut merasa dikucilkan keberadaannya.
Kita bisa bayangkan apa yang terjadi jika setiap organisasi dibatasi dalam bergerak, kampus kita akan seperti sekolah serta para mahasiswa akan menjadi bosan serta jenuh dalam kampus. Sangat ironis sekali apa yang telah terjadi di kampus kita ini, khususnya di Fakultas Adab. Selama ini kita merasa rindu akan kegiatan-kegiatan para Aktifis yang selalu memberi semangat untuk berbuat berbuat sesuatu yang bisa merubah dalam kampus ini. Selama ini kita merasa didoktrin untuk belajar di kampus saja, padahal kita sendiri sadari bahwa ilmu itu tidak hanya kita dapatkan dari Akademik saja melainkan di luar Akademik kita lebih banyak dalam meyerap atau mendapatkan hal-hal yang baru dan lebih bermanfaat.
Pada saat ini para mahasiswa tidak begitu memperhatikan manfaat berorganisasi, mereka lebih terfokus dalam belajar saja Akademik saja, yang ada dalam fikiran mereka saat ini adalah bagaimana cara supaya nilai mereka bisa lebih baik saja. Mungkin mereka mengira dengan berorganisasi akan melupakan kewajiban sebagai mahasiswa untuk belajar serta mendapatkan IP yang baik, padahal apabila kita terjun dalam suatu organisasi justru akan memacu kita dalam belajar. Saat ini yang kita lihat adalah mahasiswa seakan-akan kembali ke masa-masa sekolah hanya untuk belajar saja.
Para mahasiswa saat ini tidak sadar bahwa mendapatkan nilai IP yang tinggi belum tentu mereka bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, karena apabila kita hanya belajar dikampus saja yang kita serap hanyalah suatu teori-teori yang akan menambah pusing saja tanpa ada aplikasinya dilapangan. Sedangkan apabila kita ikut disuatu organisasi, kita akan lebih banyak terjun langsung ke lapangan untuk mengerjakan sesuatu hal tanpa harus dipusingkan teori-teori dulu.
Sebagai mahasiswa yang ikut dalam organisasi mungkin kita bertanya-tanya, mengapa hal yang seperti ini bisa terjadi…..????. Mungkin ini adalah imbas dari kebijakan pihak Akademik yang mewajibkan kehadiran mahasiswa minimal 75% sekaligus untuk mematikan aktifitas organisasi-organisasi yang ada dalam di kampus tersebut. Pihak Akademik berasumsi dengan semakin memperketat kebijakan kampus akan membuat para mahasiswa lebih disiplin dan bersemangat dalam belajar, serta akan lebih mempunyai kualitas yang sangat bagus apabila mereka lulus pada nantinya, padahal sebenarnya dengan adanya kebijakan-kebijakan justru akan membuat mahasiswa menjadi tertekan dalam belajar.
Saat ini adalah masa-masa suram bagi setiap organisasi dalam mengembangkan kegiatannya serta dalam misi untuk mendapatkan massa yang banyak saat perekrutan, karena para mahasiswa pasti merasa bahwa yang terpenting bagi dirinya saat ini adalah mencapai target kehadiran 75% agar bias ikut dalam UTS maupun UAS. Mereka telah termakan oleh doktrin-doktrin yang sengaja disebar para pihak Akademik, sehingga mereka semua saat ini hanya memandang kegiatan-kegiatan yang dilakukan para mahasiswa yang ikut dalam organisasi hanya suatu hal yang sia-sia belaka tanpa ada tujuan yang pasti.
Disadari atau tidak, sebenarnya dari kegiatan organisasilah mental kita terbentuk dengan baik sebagai seseorang yang akan memimpin negeri ini, karena kita telah terbiasa apabila kita mendapatkan suatu masalah maka kita bisa mengatasinya dengan baik berdasarkan pengalaman yang kita dapatkan pada saat kita ikut dalam suatu organisasi. Dengan adanya suatu organisasi kita tidak akan jenuh dengan persoalan-persoalan Akademik saja, karena disini kita bisa mencurahkan segala masalah-masalah yang ada dalam diri kita. Selain itu dengan ikut terjun dalam suatu organisasi kita bisa lebih mempererat tali persaudaraan serta menambah banyak relasi dalam suatu komunitas.
Saat ini yang terpenting adalah bagaimana usaha kita untuk mengembalikan citra baik suatu organisasi, jangan sampai doktrin Akademik menguasai para mahasiswa sehingga kita dapat memunculkan aktifis-aktifis baru yang selalu siap dalam menentang segala kebijakan kampus yang membatasi kita dalam beraspirasi. Dan kita yakinkan kepada para mahasiswa yang baru bahwa menuntut ilmu itu bisa kita dapatkan lebih banyak diluar kampus, khususnya di organisasi-organisasi kampus yang sekarang telah ada.

Minggu, 09 November 2008

Bayang-Bayang Teroris di Indonesia

Mungkin kita selalu bertanya-tanya apakah setelah pelaku perencanaan bom bali I dieksekusi mati dengak cara ditembak akan membuat Negara ini menjadi bebas dan aman dari teroris. Atau bahkan peristiwa ini akan lebih membuat mereka semakin merajalela untuk melakukan aksi-aksi yang lebih dahsyat pada masyarakat di negeri ini.
Seperti yang kita ketahui, untuk saat ini masih ada Nurdin M Top. Dia adalah orang yang disebut-sebut teroris nomor satu setelah tewasnya Dr.Azhari, keberadaannya sampai saat ini masih belum diketahui oleh kita. Walaupun beberapa bulan kemarin keberadaannya sempat diketahui di Wonosobo Jawa Tengah. Namun sekarang dia meghilang bagaikan ditelan bumi.
Walaupun saat ini para teroris tidak melakukan aksi-aksinya, tapi bukan berarti kita akan aman. Hal ini dapat kita ketahui ketika Amrozi cs berkata bahwa dia telah menulis surat kepada teman-temannya untuk membalaskan kepada negeri ini apabila dia jadi dieksekusi. Ini adalah pertanda buruk pada negeri kita, karena negeri ini masih dalam bayang-bayang terois yang melakukan aksinya dengan dalih Jihad
Pasca eksekusi terhadap ketiga orang tersebut yang dilakukan pada tanggal 9-11-2008 pukul 00.15 WIB, tentu saja berita ini sangat membuat gembira buat kalangan korban . Hal senada juga dikataka warga Negara Australia, mereka sangat lega karena eksekusi telah dilaksanakan, hal ini disebabkan karena sebagian besar korban adalah warga negara Australia
Beberapa jam sebelum dan sesudah eksekusi Amrozi cs dilakukan, para polisi sempat memperketat penjagaan di jalanjalan ataupun di Kedutaan besar khususnya di kedubes Amerka dan Australia, ternyata para polisi mengatakan bahwa negara ini masih kondusif. Walapun kenyataanya aksi teror kembali muncul dibeberapa tempat seperti di Kedubes Australia, hotel Novotel Semarang yang diancam akan meledakkan tempat tersebut, walaupun aksi itu hanya sebatas gertakan saja.
Untuk memberantas para teroris, ini bukan hanya tugas kepolisian dan Densus 88 saja. Tapi kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam menumpas teroris. Kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan untuk hari-hari ke depan,mungkin mereka diam karena telah merencanakan aksi-aksi yang lebih hebat daripada tahun-tahun kemarin. Maka dari itu, kita harus tetap berwaspada agar negeri ini bisa lepas dari bayang-bayang teroris.
Mungkin hukuman eksekusi mati yang dijatuhkan kepada Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra adalah balasan yang pantas karena mereka telah mengorbankan banyak nyawa atas aksinya. Tapi kita sebagai manusia biasa harus bisa memaafkan apa yang telah mereka perbuat, walaupun untuk melakukan semua itu kita sangat sulitt sekali. Dan kita serahkan saja semuanya kepada Alah S.W.T. karena hanya Dialah yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

Jumat, 07 November 2008

Citra Mahasiswa dalam Masyarakat

Ketika kita melihat apa yang telah dilakukan oleh para mahasiswa yang lebih suka tawuran daripada belajar ahir-ahir ini, mungkin kita sebagai mahasiswa merasa malu. Kita sendiri tahu kalau mahasiswa yang digadang-gadang sebagai penerus masa depan hanya bisa membuat kekacauan belaka. Sepertinya citra mahasiswa lambat laun akan dicap sebagai komunitas yang hanya pandai tawuran, demo, dll.
Tidak hanya citra mahasiswa saja yang buruk, bahkan masyarakat tentu berfikiran kalau kampus tersebut sudah tidak bisa lagi diandalkan lagi dalam mendidik mahasiswa. Sehingga nama baik kampus yang bersangkutan akan ikut menjadi jelek. Hal tersebut justru akan menimbulkan dampak tersendiri yang pasti merugikan kampusnya.
Seperti yang terjadi di jakarta, para mahasiswa selalu tawuran antar kampus, dan mereka tidak tahu apa yang mereka ributkan. Selain itu juga, seperti yang dilakukan di makasar, mereka malah tawuran dalam lingkungan kampus mereka sendiri. Dan anehnya mereka satu kampus, hanya berbeda Fakultas saja.
Harusnya mereka belajar untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan, tapi malah mereka mengalih fungsikan tas yang seharusnya untuk membawa buku diganti dengan batu, golok, apnah, bahkan senjata api rakitan. Sangat memprihatinkan sekali apa yang telah terjadi pada diri mahasiswa saat ini.
Kita pasti merasa kangen dengan aksi-aksi solidaritas mereka dalam menyampaikan aspirasi rakyat yang terjajah oleh kemiskinan, naiknya harga sembako, BBM, dan menuntut para koruptor untuk diadili. Kita juga menginginkan bahwa mahasiswa bisa kembali menjadi komunitas nomor satu dalam melengserkan rezim-rezim yang terjadi di negara ini, sepertiyang telah dilakukan pada masa Soeharto.
Tentu dalam hati kita selalu bertanya-tanya, apakah para mahasiswa akan mampu mengemban tugas dalam suatu negara jika latar belakang mereka saat ini hanya senang tawuran, dan tidak mengikuti pelajaran yang seharusnya mereka dapatkan sebagai mahasiswa. Mungkinkah para pejabat yang tersandung kasus-kasus korupsi, dll dulunya hanya sebagai mahasiswa seperti itu juga..........???????????
Kita sebagai mahasiswa harusnya bisa membalikan citra baik kita sebagai mahasiswa di kalangan masyarakat umum, jadikanlah kampus menjadi batu loncatan dalam mencapai cita-cita yng kita inginkan.Kita harus bisa mengubah prilaku kita sebagai mahasiswa yang bisa menjadi tulang punggung negara untuk mas depan, sehingga kita tdak hanya idcap sebagai ahli dalam tawuran, serta perusak fasilitas umum saja.

Fenomena Multipertai di Indonesia

Tahun 2008 ini adalah suatu tahun yang menjadi awal dari munculnya banyak partai-partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum 2009.Dengan adaya multipartai seperti ini maka setiap partai akan beramai-ramai mencalonkan pasangan Capres dan Cawapres yang mereka inginkan, bahkan akan ada beberapa partai yang berkoalisi karena ingin mendapatkan simpatisan yang sangat banyak Berkoalisi adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan beberapa partai setiap diadakannnya Pemilihan Umum.
Mungkin Pemilihan Umum 2009 yang akan datang tidak akan jauh berbeda dengan hasil-hasil dari Pilkada Gubernur, Bupati, dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui bagaimana ketika dilaksanakannya Pemilihan Gubernur di Jawa Tengah pertengahan tahun 2008. Dapat kita ketahui mereka yang mencoblos presentasinya lebih sedikit dari pada mereka yang tidak mencoblos (Golput). Ataupun yang terjadi di Jawa Timur, Pemilihan Gubernur harusa dilaksanakan dua kali untuk mencari siapa yang harus duduk dibangku Gubernur. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat telah merasa jenuh dengan pemerintahan yang ada di negeri ini. Karena pemimpin yang mereka pilih tidak memberikan suatu perubahan-perubahan yang signifikan, contohnya: lahan pekerjaan yang semakin sedikit, harga bahan makanan semakin mahal, dan masih banyak hal-hal yang lainnya.
Fenomena yang lebih menyedihkan itu terjadi ketika Pemilihan Pilkada di wilayah Indonesia bagian Timur, bagaimana mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa pasangan yang mereka usul melalui partai itu kalah. Akhirnya mereka melakukan hal-hal yang merusak dan merugikan pasangan lainnya yang menang. Sungguh memprihatinkan sekali di negara yang dibilang Demokratis seperti ini, perbedaan pendapat atau lainnya, bisa menjadikan masyarakat saling menghujat dan melakukan tindakan-tindakan yang anarkhis. Karena politik di Indonesia tercampur dengan aspek-aspek di luar politik, seperti adat, agama, ras, sosial, dan lain-lainnya.
Selain itu ada beberapa masalah dengan munculnya banyaknya partai-partai di Indonesia, masyarakat akan menjadi bingung untuk memilih serta menerima partai apa yang lebih baik. Dan pasangan mana yang bisa membuat mereka semakin aman dan makmur, serta menjadikan negara yang dipimpin menjadi maju dan berkembang. Hal ini bisa disebabkan karena setiap partai pasti akan mencalonkan pemimpin yang mempunyai tujuan dan visi serta misi yang berbeda-beda.
Munculnya partai-partai baru dapat dimungkinkan karena ketidak puasan sekelompok orang dalam suatu partai yang dulu mereka ikuti. Contohnya: Partai Golkar sekarang mereka pecah menjadi Partai Hanura, padahal Ketua Partai Hanura adalah sosok yang pernah diusung Partai Golkar dalam Pemilihan Presiden tahun 2004. Selain itu terjadi banyak pula perpecahan di partai-partai Islam seperti PPP dan PKB, mungkin perpecahan dalam partai tersebut tidak hanya dialami oleh PKB dan PPP. Tetapi dialami juga oleh partai-partai lain yang ikut dalam Pemilihan Umum 2009.
Banyak lagi partai-partai itu muncul karena mereka memaksakan untuk ikut dalam berkampanye Pemilihan Umum 2009, serta mereka berbuat berbagai macam cara supaya partai mereka bisa lolos dalam verifikasi. Kita ketahui banyak partai yang ikut dan mendaftarkan diri ke KPU untuk Pemilihan Umum dengan beragam cara, bahkan mereka mencatumkan alamat tempat partai tersebut di suatu tempat pemakaman umum ataupun disuatu sekolah. Hal ini disebabkan mudahnya peraturan-peraturan yang harus dilakukan agar bisa membentuk suatu partai yang baru.
Selain itu juga ada masalah internal di satu partai, kita bisa ambil contoh perseteruan pada Partai Kebangkitan Bangsa. Meraka seperti dihancur leburkan oleh sekelompok oknum-oknum yang mempunyai kepentingan sendiri, sehingga mucullah PKB versi Muhaimin Iskandar dan versi KH. Abdulrohman Wahid yang lebih dikenal dengan sebutan GUSDUR. Walaupun mereka mempunyai visi dan misi yang sama, tetapi mereka mempunyai tujuan-tujuan pribadi yang berbeda. Mungkin ada unsur politik dalam perseteruan antar kedua kubu untuk mendapatkan massa yang banyak agar menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum yang akan berlangsung pada pertengahan tahun 2009 mendatang.
Bahkan perseteruan internal di partai ini memanas ketika kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah dalam pengambilan nomor urut partai . Kedua belah pihak mengambil nomor urut partai semua dan akhirnya kedua belah pihak dileraikan oleh KPU. Selain itu juga partai di kubu GUSDUR tidak memperbolehkan memasang atribut serta foto sang pemimpin mereka yaitu GUSDUR pada partai versi Muhaimin Iskandar.
Dengan semakin dekatnnya Pemilihan Umum 2009, maka semua partai-partai akan berkoalisi dengan partai lainnya untuk mendapatkan massa yang lebih banyak agar menjadi pemenang dalam Pemilihan Umum. Seperti halnya yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang ketua umumnya Megawati Soekarno Putri, mereka berkoalisi dengan Partai Golkar yang saat ini diketuai oleh Jusuf Kalla. Mungkin tidak hanya partai ini saja yang berkoalisi, karena setiap partai itu pasti menginginkan banyak pengikutnya.
Aroma politik di negara ini semakin kental, apalagi ketika kita mendengar kalimat disela-sela pidato Jusuf Kalla. Dia mengatakan sepperti berikut "warna merah tidak akan meriah tanpa adanya warna kuning". Dari potongan kata tersebut kita dapat mengartikan bahwa koalisi itu sangat penting, karena mereka semua itu mempunyai visi dan misi yang sama dalam Pemilihan Umum 2009 mendatang. Walaupun dipihak Partai Golkar sendiri mengatakan kalau mereka tidak akan berkoalisi jika massanya lebih dari 25 persen.
Kita ketahui sekarang adalah saat yang tepat untuk mengenalkan partai-partai yang mereka usung, dan mulai mencari rasa simpati kepada para penduduk. Seperti yang dilakukan oleh para pengurus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, mereka mencari rasa simpati dengan cara membeli gabah para petani di Kabupaten Banyumas. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan rasa simpatik masyarakat kepartai tersebut, walaupun beberapa hari sebelumnya para petani di Kabupaten tersebut membakar sebagian gabah mereka sebagai tanda protes terhadap pengurus partai tersebut yang dianggap hanya janji-janji saja.
Inilah sebagian cara-cara yang digunakan oleh partai-partai untuk mendapatkan masa yang banyak, mungkin dalam benak mereka adalah bagaimana supaya partai yang mereka usung mendapatkan massa yang lebih banyak dari pada partai-partai lainnya dengan tanpa memperhatikan akibat dari apa yang mereka lakukan itu sendiri Bahkan dapat dimungkinkan mereka akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan ataupun malah membuat masyarakat di wilayah tersebut mejadi pecah akibat dari perbedaan partai politik yang mereka ikuti. Dapat kita ketahui bahwa unsur politik di negeri kita tidak dapat berdiri sendiri, karena seperti yang kita ketahui unsur politik selalu berhubungan dengan norma adat, agama, ras, dan lain-lainnya.
Jadi sebaiknya untuk Pemilihan Presiden 2014 lebih baik partai-partai yang ikut berpartisipasi kita harapkan lebih sedikit, sehingga masyarakat tidak lagi bingung untuk memilih dan memantapkan pilihannya pada suatu partai . Dan di KPU pun harus memperketat undang-undang dalam pembentukan suatu partai politik yang baru, sehingga tidak akan muncul partai-partai baru yang hanya ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Sehingga masyarakat tidak bingung dalam memilih Pemimpin yang diusung suatu partai.
Mungkin kita dapat belajar dari sistem partai yang dipakai oleh negara Amerika Serikat, di negara tersebut mereka hanya menggunakan dua partai besar yang dominan atau yang lebih dikenal dengan sistem Dwi Partai . Hal itu juga dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto, pada masa pemerintahan tersebut hanya diperbolehkan tiga partai saja yang ikut dalam Pemilihan Umum yakni PPP, PDI, dan GOLKAR.
Mungkin dengan hanya sedikit partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum, masyarakat akan lebih mengetahui partai dan pemimpin mana yang bisa membuat negara ini semakin maju dan berkembang. Serta tidak akan membuat masyarakat terpecah belah karena banyaknya partai-partai yang ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Umum. Walaupun di negara Demokrasi seperti Indonesia sebaiknya menggunakan sistem partai yang terbatas, sehingga pemerintah hanya memperbolehkan beberapa partai saja yang ikut serta dalam Pemilihan Umum tahun 2014 mendatang.